Polisi Ini dikenal Dengan Nama "Wiwik Saptic Tank"

Sumber : Tribratanews.com
Sudah lebih dari 16 tahun Pria ini menjalankan usaha sebagai tukang sedot wc. Siapa sangka, Pria berambut Putih ini adalah anggota Polri aktif yang bertugas Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Lasem, Polres Rembang Polda Jawa Tengah. Pekerjaan tambahan ini ia jalani setelah usai melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai anggota Polri.
Dialah Brigadir Wisnu Santoso, sosok Polisi yang layak menjadi panutan oleh seluruh anggota Kepolisian di Indonesia. Polisi dengan tiga putra ini memang sudah cukup berumur, 55 tahun. Namun, semangatnya untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab layak diacungi jempol. Bukan hanya tanggugjawbanya sebagai anggota Polisi, namun juga tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga.
Sumber : Tribratanews.com
“Saya memang tidak punya banyak waktu istirahat. Setelah berdinas sebagai anggota Polri, biasanya banyak panggilan permintaan sedot wc dari masyarakat. Jadi, setelah lepas seragam polisi, langsung ganti dengan kaos untuk pekerjaan lainnya,” ungkap pria yang lebih akrab disapa Wiwik ini.


Saat menjalankan pekerjaan tambahannya sebagai tukang sedot wc, Wiwik dibantu oleh dua orang pekerjanya. Bau menyengat dari kotoran manusia yang Ia sedot tidak hiraukannya. Terpenting adalah mencari pekerjaan sambilan untuk memperoleh penghasilan tambaan yang halal, bukan hasil korupsi atau memeras rakyat.
Ide awal untuk menjalankan usaha sampingan sedot wc ini awalnya muncul ketika pada tahun 2010an, Ia sering melihat mobil tinja yang melintas di kampungnya. Nah, lantaran mobil tersebut kerap mondar-mandir di kampungnya, terlintaslah dipikirannya untuk merintis usaha yang sama.
Apalagi, ketika itu ada seorang tetangganya yang menganggur belum mendapatkan pekerjaan. Sehingga usaha pertama melibatkan seorang tetangganya. Itung-itung juga diniati memberikan pekerjaan kepada orang lain.
“Karena lancar, kemudian terus saya tekuni. Sampai mendapatkan julukan “Wiwik Septic Tank” dari masyarakat. Sebuah profesi yang konon kerap dijauhi oleh sebagian besar orang. Lumayan, Sekali dapat order, dapat penghasilan rata-rata Rp 500 ribu,” terang wiwik.

Wiwik sendiri sudah bertugas dikepolisian sejak 1980 silam atau telah mengabdi selama 36 tahun, Ia mengaskan, bahwa pekerjaannya sebagai tukang sedot wc hanya sebagai sampingan saja dan Ia akan tetap memprioritaskan tugas utamanya sebagai abdi negara melalui Polri.

Pasangan Anggota Polisi ini Dirikan Mushala dan Ajar Ngaji


Di tanah seluas kurang lebih 32 m² yang dibelinya dari warga di Wonosari Pesisir, Kelurahan Sobo, Kabupaten Banyuwangi, sepasang suami istri yang merupakan anggota Polri rela merogoh uang pribadinya untuk mendirikan sebuah mushala sederhana. Mereka adalah Aiptu Ririn Mufiah dan Aiptu Darmawan Prihandko.


Dikisahkan, bahwa pembangunan mushala ini tidak sampai memakan waktu dua bulan karena dibantu oleh masyarakat sekitar yang sangat mendukung adanya pembangunan mushala tersebut.



Mushala kecil ini didirikan pada akhir tahun 2010. Saat itu, Aiptu Ririn sedang mengalami sakit parah dan dokter telah memvonis bahwa sakitnya akan sulit untuk sembuh. Berbulan-bulan Aiptu Ririn keluar masuk rumah sakit untuk berobat. Disaat yang sama, terbesitlah niat untuk membangun mushala, akhirnya pasangan suami istri ini membulatkan tekad untuk membangun mushala dari uang yang akan mereka gunakan untuk umrah.

Daerah Wonosari Pesisir mereka pilih sebagai tempat untuk mendirikan mushala karena daerah tersebut berada di daerah pinggiran dan jarang mendapatkan perhatian. Mereka percaya bahwa mendirikan mushala di daerah tersebut akan lebih banyak manfaatnya bila dibandingkan dengan mendirikan mushala di sekitar rumah mereka sendiri.

Ketika itu, Aiptu Ririn dan suami sedang berjalan kaki di daerah Wonosari Pesisir, Mereka merasa trenyuh saat melihat banyak anak-anak yang bermain dan tidak sekolah lantaran ketidakmampuan ekonomi, mereka bermain namun terkesan tidak ada yang mengarahkan.

Didaerah tersebut ada sekitar 25 rumah tangga yang mayoritasnya adalah kalangan buruh nelayan yang tidak mampu. Saat musim hujan, daerah ini menjadi langganan banjir rob.

Selain mendirikan mushala, Aiptu Ririn yang kesehariannya berdinas di Polsek Kota Banyuwangi ini juga mengajar ngaji anak-anak di Mushala yang didirikannya tersebut. Hal itu dilakukannya pada sore hari selepas dirinya berdinas. Lantaran waktu yang sangat mepet dan jarak rumah dengan mushala yang cukup, serial hari Aiptu Ririn langsung mengajar ngaji tanpa mengganti baju seragamnya.

Pakaian seragam Polisi yang dikenakan Aiptu Ririn tersebut juga tidak membuat anak-anak canggung untuk mendekat dan duduk di pangkuannya.

Untuk operasional mushala tersebut, Ririn dan suami rela mengeluakan biaya dari uang pribadi termasuk membeli buku serta peralatan mengaji untuk anak-anak. Selain itu, ada beberapa donatur dari rekannya yang membantu membuatkan plafon mushala.

Bhabinkamtibmas Ini Nekat Hentikan Mobil Kapolda. “Saya bekerja untuk masyarakat, bukan pimpinan...”

Sumber : Info Polda NTB
Apa yang terbayang dibenak anda jika ada seorang Polisi berpangkat brigadir yang nekad hentikan mobil dinas Kapolda demi menyebrangkan nenek yang sedang membawa kelapa?

Pasti anda akan berfikir, bahwa karier brigadir tersebut akan habis lantaran kenekatannya tersebut. Memang dibutuhkan nyali besar untuk melakukan tindakan ini, untuk ukuran seorang prajurit Polisi yang masih berpangkat Brigadir. Sebab bukan main-main, yang dihadang adalah mobil dinas polisi yang berpangkat jendral bitang satu, yaitu Kapolda Nusa Tenggara Barat. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi Brigadir I Ketut Surya Ningrat dan Brigadir Indra Jaya Kusuma, anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Polsek Praya Barat Daya, Polres Lombok Tengah, Polda NTB. Modal mereka hanyalah keyakinan akan sebuah dedikasi pelayanan kepada masyarakat yang utama dan harus diutamakan.

Atas kenekatanya tersebut, dua orang anggota Bhabinkamtibmas tersebut akhirnya dipanggil oleh Kapolda NTB Brigjen Pol. Umar Septono, keduanya diminta bediri persis di belakang Kapolda, disaksikan oleh ratusan personel dari prajurit, perwira sampai pejabat utama Polda NTB saat Kapolda memimpin apel bersama. Tak lama berselang, kapolda pun langsung menanykan kepada dua anggota Bhabinkamtibmas tersebut perihal alasan menghentikan kendaraan dinasnya.

“Coba jelaskan sekarang, kenapa kamu berani hentikan mobil saya. Padahal saya pakai mobil dinas, pakaian dinas,” tanya Kapolda, kemudian menyerahkan microphone ke Ketut Surya Ningrat.

Dengan tenang dan tegas ketut pun menjawab pertanyaan Kapolda.

“Karena saya bekerja untuk masyarakat. Saya diberikan tugas untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan melayani pimpinan,” Jawabnya. Tepuk tangan dari peserta apelpun riuh menyambut jawaban Ketut.


Kapolda pun tersenyum lalu meraih microphone yang dipegang Ketut, kemudian berucap. “Saya pun merinding,” ungkap Kapolda, sembari mengangkat tangan kirinya yang masih memegang tongkat komando, Kapolda mengungkapkan kekagaumannya kepada dua personel yang ada di dekatnya tersebut.


Seorang brigadir tidak memiliki keraguan untuk menjawab apa yang telah dilakukan dan seharusnya dilakukan, memahami esensi dari tugasnya sebagai anggota Polri untuk memberikan pelayan penuh kepada masyarakat.
“Kenapa dia tidak takut, sebab dia mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tau, nasibnya tergantung kepada Tuhan, bukan kepada Kapolda,” ujar Kapolda lantang.
Pujian tidak hanya sampai disini, Kapolda mengungkapkan bahwa apa yang telah dilakukan dua anggota Bhabinkamtibmas itu merupakan implementasi dari revolusi mental yang selama ini ditanamkan kepada semua jajaranya. Sikap seperti itulah yang sangat Kapolda diseluruh jajaranya
“Mindset seperti inilah yang ingin saya tanamkan kepada semua fungsi,” ajaknya.


Apa yang telah dilakukan oleh dua anggota Bhabinkamtibmas tersebut menurut Kapolda, justru memberikan dampaknya sangat besar kepada masyarakat yang merasakan langsung sentuhan dari pelayanan Polri.

Diceritakan, peritsiwa stop mobil Kapolda itu dilakukan Ketut dan Indra Hari pada hari Rabu (22/6) lalu, di jalur bypass Bandara Internasional Lombok (Lombok International Airport). “Waktu itu, ada orang mau menyebrang. Satu orang nenek bawa kelapa. Kebetulan ada mobil pak Kapolda dari arah barat, ya saya stop,” tutur Ketut dihubungi via ponselnya.


Hal itu secara sadar dilakukannya, dengan alasan sederhana tapi memiliki kandungan makna yang sangat kuat, demi implementasi pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas. “Saya pengen dekatkan diri kepada masyarakat saya,” akunya. Bukan untuk pujian, bukan untuk menantang pimpinan atau gagah gagahan.

“Agar polisi kedepan menjadi lebih baik dan dicintai masyarakat,” harap Ketut.

Diungkapkan Kapolda, pada saat itu dirinya memiliki keinginan untuk turun dan menyalami dua anggota tersebut, namun ditakutkan menimbulkan kemacetan, akhiranya kapolda mengurungkan niat tersebut dan memilih memanggil dua anggota Bhabin tersebut.

“Tapi karena jalan ramai, khawatir macet, saya cuma minta nama anggota tadi dicatat dan saya panggil pagi ini,” ungkapnya, masih di kegiatan apel.

Atas kejadian tersebut, Kapolda NTB, Brigjen Pol Umar Septono memberi penghargaan kepada kedua anggota yang mencegat mobil dinasnya.

“Anda harus lebih takut kepada rakyat daripada orang berdasi. Ketika kendaraannya harus dihentikan ya stop saja, sampaikan bahwa saya melayani rakyat, bukan melayani pejabat atau orang berdasi,” Pungkasnya.

Senior Polri Akui Kemampuan Tito Walau Masih Yunior



Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan umumnya perwira-perwira tinggi Polri mengakui keunggulan masing-masing. Dan yang paling berprestasi, dialah yang layak menjadi memimpin. Itu sebabnya, Badrodin yakin, meskipun banyak senior yang dilewati, Komisaris Jenderal Tito Karnavian tetap diterima oleh semua pejabat polisi setelah dipilih Presiden menjadi calon tunggal kapolri.

"Apalagi, pilihan Presiden Jokowi," kata Badrodin di Istana Kepresidenan, Jakarta, hari ini.

Pagi tadi, Presiden Jokowi telah mengirimkan nama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu ke DPR untuk segera ditindaklanjuti.

Tito Langkahi Senior, Sekarang Zaman yang Memimpin yang Prestasi Ketika ditanya bagaimana dengan regenerasi di tubuh Polri, mengingat Tito melangkahi banyak senior, Badrodin menjelaskan.

"Nah justru itu saya katakan itu alasannya sehingga dia bisa diterima semua pihak. Ya mereka kan tetap saja ada di Mabes Polri, tidak dicopot jabatannya."

Badrodin mengatakan selama ini senior-senior Polri mengakui keunggulan Tito.

"Kami sendiri sebenarnya seluruh pejabat Polri mengakui keunggulan Pak Tito, cuma dia masih junior. Kalau dari sisi kemampuan, semua mengakui," katanya.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia Edi Hasibuan menilai pengajuan Tito menjadi calon tunggal Kapolri adalah kejutan.

Berdasarkan catatan Lemkapi, Edi mengatakan Tito tercatat sebagai perwira muda Polri yang cemerlang dan memiliki segudang prestasi pada bidang reserse serta terorisme.

Tito juga sebagai Akademi Kepolisian 1987 yang pernah menjabat Asrena, Kapolda Jayapura, Kapolda Metro Jaya dan saat ini Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris.

"Selama bertugas selama ini Tito dikenal sosok yang santun, baik dan hormat kepada senior maupun juniornya," tutur Edi.

Edi menyatakan seluruh pihak harus menerima keputusan Presiden Joko Widodo mengajukan Tito ke DPR RI.


WhatsApp Hadirkan Fitur 'Komentar'


Setelah berancana untuk menghadirkan gambar dengan format GIF, aplikasi pesan instan WhatsApp kini menghadirkan fitur 'komentar'.

Seperti halnya kolom komentar yang hadir di berbagai situs forum, kini pengguna bisa mensisipi chat temannya dalam chat yang ingin pengguna kirim. Awalnya fitur ini hadir pada versi beta v.2.16.118.

Namun, seperti dikutip dari Engadget, Senin (13/6), kini fitur 'komentar' sudah bisa dicicipi oleh pengguna WhatsApp di penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Untuk menggunakan fitur ini, pengguna hanya men-tap pesan yang ingin dijadikan 'kutipan' sedikit lama hingga muncul ikon-ikon, seperti hapus, tandai, dan salin di sudut atas. Lalu pilih ikon 'kutipan' yang bentuknya menyerupai ikon reply dalam email. Secara otomatis chat yang dituju akan menjadi 'kutipan' dalam kolom chat pengguna.

Fitur ini baru saja digulirkan beberapa hari yang lalu. Bagi pengguna yang tidak menemukannya, disarankan untuk mengecek terlebih dahulu, apakah WhatsApp pengguna merupakan yang terbaru atau tidak.

Fitur ini tak hanya berlaku untuk Android, namun juga berlaku untuk iOS.


Hebaat....Polisi Ganteng Ini Temukan Teknologi SSH Untuk Helm

Kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi diwilayah hukum Polres Demak, Polda Jawa Tengah masih tergolong tinggi. Mayoritas korbannya adalah mereka yang menggunakan kendaraan bermotor jenis roda dua, dan korban yang mengalami luka parah adalah pemotor yang helmnya terlepas atau yang tidak mengenakan helm. Hal inilah yang membuat Sat Lantas Polres Demak berfikir kreatif untuk membuat helm yang otomatis bisa mengingatkan penggunanya agar tidak lupa untuk mengunci atau meng-klikkan helmnya.

"Sering kali kita melihat pengendara sepeda motor menggunakan helm sekedar menempel di kepala. Mereka tidak sadar bahayanya mengenakan helm tanpa mengencangkan tali pengikatnya," ungkap Kapolres Demak, Ajun Kimisaris Besar Polisi Heru Sutopo.

Cara kerja helm tersebut cukup simple, yaitu ketika helm dipakai maka sensor akan secara otomatis berbunyi, "beep, beep" gunanya untuk mengingatkan pengendara agar meng-klikan helm tersebut. Alarm tersebut hanya akan berbunyi jika tertekan kepala, jadi ketika tidak digunakan maka alarm tersebut tidak akan berbunyi. Selanjutnya, alarm tersebut hanya akan berhenti berbunyi jika pengguna helm telah mengunci tali pengikatnya. Pengguna tidak perlu takut, karena Pengaplikasian rangkaian alat tersebut tidak akan mengganggu pengguna helm karena tersembunyi di balik busa.

Untuk Penemu helm unik Smart Safety Helmet (SSH) itu adalah Kasat Lantas Polres Demak, AKP Yoppy Anggi Krisna. Dia adalah seorang Polisi lulusan Akademi Kepolisian tahun 2010 dari batalyon atau angkatan ke 43 Akpol dengan nama den Rinaksa Sakalamandala (RS).

Polisi yang satu ini memang sangat suka mengutak-atik barang elektronik. Awal mula muncul ide untuk membuat SSH yaitu ketika dirinya sedang bertugas menangani  sebuah kecelakaan. Yoppy mengaku mendapat foto lokasi kecelakaan di Demak yang korbannya adalah pemotor dengan luka dibagian kepala. Sebenarnya pengendara sudah memakai helm namun helm tersebut terlepas karena lupa menguncinya.

"Teman-teman di bagian Laka Lantas sering kirim foto banyak korban cedera di kepala. Waktu saya giat ternyata benar dan sebenarnya ada yang sudah berhelm tapi lepas. Kemudian saya berpikir bagaimana caranya agar pemotor berinisiatif mengunci helm. Kan mereka bisa risih kalau kita ingatkan terus menerus," jelas Yoppy.

Berbekal pengetahuannya dibidang elektronik, Yoppy membeli berbagai komponen yang dibutuhkannya di Kota Semarang. Ia mengutak-atik helm hingga jadilah SSH yang kemudian diujicobakannya. SSH sendiri sudah di-launching oleh Kapolres dan Bupati Demak M. Natsir pada hari Senin (06/06/2016) lalu dalam rangkaian acara memperingati HUT Bhayangkara ke-70.

"Sudah dipakai beberapa petugas, dan kemarin saat peluncuran juga sudah diberikan masyarakat sebagai hadiah," terangnya.

Saat ini Yoppy sedang berusaha untuk mengurus hak paten temuannya tersebut. Ia juga mengakui belum bisa memproduksi banyak karena belum ada sponsor. Yoppy berharap helmnya tersebut bisa diproduksi massal dan kedepannya digunakan oleh produsen motor agar hadiah helm yang biasa diberikan kepada konsumen merupakan SSH.

"Harapannya, jadi setiap orang beli helm, harus yang ada sensornya, yang saya bikin. Ini sedang patenkan di jakarta," beber Yoppy.

Untuk memodifikasi helm biasa menjadi helm SSH, biaya yang dibutuhkan cukup murah yaitu kisaran Rp 100 ribu, dan jika sudah diproduksi massal maka biaya akan bisa lebih ditekan cukup banyak. Alat yang disematkan ke bagian helm pun cukup praktis dan kecil, jadi sama sekali tidak akan menggangu pengguna helm.

"Jadi ini ketika helm diletakkan tidak dipakai maka tidak bunyi, tapi saat dipakai ada sensor menyala dan bunyi kalau tidak di-klik," Imbuhnya.

Polisi yang pernah menimba ilmu di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini berharap, temuannya tersebut akan bisa memberikan kontribusi terhadap upaya untuk menekan cidera kepala dan leher pada sebuah kecelakaan lalu lintas.

"Ini untuk meminimalisir angka fatalitas pada kecelakaan, meminimalisir kerusakan kepala atau leher, dan mengingatkan pentingnya keselamatan," Pungkasnya.

Luar Biasa.....Polisi Ini Nyambi ngojek untuk Sekolahkan Anak Yang Kurang Beruntung


Menjadi seorang abdi negara, memang harus bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal inilah yang dilakukan oleh salah satu anggota Brimob Detasemen C Satbrimob Polda Jawa Timur, dia adalah Brigadir Polisi Rochmat Tri Marwoto. Secara pangkat yang Ia sandang di kepolisian, mungkin pangkat Rochmat biasa saja, namun apa yang dia lakukan saat ini sungguh luar biasa, menyekolahkan anak yang kurang beruntung hingga 54 anak.

Dilansir dari chanel You Tube Metro TV pada acara Kick Andy, sejak 2007 Rochmat mengaku telah mengasuh anak yang kurang beruntung agar mereka semua bisa sekolah dan kuliah untuk meraih sukses. Disini Rochmat menanamkan kepada anak asuhnya bahwa sukses bukan hanya milik mereka orang kaya saja. Total sudah ada 54 anak yang ia biayai dan Ia bimbing. Rata-rata mereka berasal dari yatim piatu, anak jalanan dan anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya. 

Saat ini sudah banyak anak didik Rochmat yang sudah lulus, mandiri dan sukses. Ada yang menjadi guru, kepala sekolah, bahkan ada yang mengikuti jejaknya menjadi anggota Polisi.

Rochmat berusaha mengasuh anak asuhnya seperti ia merawat anaknya sendiri. Segala kebutuhan sehari-hari Ia dicukupi. Untuk memenuhi kebutuhan, saat ini Rohmat berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi guru ekstarkurikuler seperti Paskribraka, Osis, Palang Merah diberbagai sekolah selepas dinas dari Kepolisian. Bahkan, dulu sewaktu ditugaskan di Jakarta, Rochmat mengaku pernah  menyambi menjadi tukang ojek, selepas dinas dirinya langsung ngojek hingga pukul sembilan malam.